TUGAS
PENGANTAR BISNIS
PERAMALAN
/ FORECASTING BISNIS RETAIL DAN BISNIS ONLINE ( DIGITAL ) DI ERA MENDATANG
NAMA
: OKTAVIA PUTRI AGUSTINUS
KELAS
: 1EB09
NPM
: 24217653
JURUSAN
: AKUNTANSI
FAKULTAS
: EKONOMI
TAHUN
: 2018
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Mendengar kata
forecasting bisnis retail dan bisnis online, mungkin banyak orang yang tidak
mengetahui apa itu forecasting. Peramalan
(Bahasa Inggris = Forecasting) adalah suatu teknik analisa perhitungan yang
dilakukan dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif untuk memperkirakan
kejadian dimasa depan dengan menggunakan referensi data-data di masa lalu
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam
artikel ini saya akan membahas :
1. Pengertian
Peramalan ( Forecasting )
2. Pengertian
Bisnis Retail
3. Pengertian
Bisnis Online ( Digital )
4. Peramalan
/ Forecasting Bisnis Retail dan Bisnis Online ( Digital ) di Era Mendatang
C. TUJUAN
PENULISAN
Tujuan penulisan artikel ini untuk
mengetahui, Pengertian Peramalan ( Forecasting ), Pengertian Bisnis Retail,
Pengertian Bisnis Online( Digital ), Peramala ( Forecasting ) Bisnis Retail dan
Bisnis Online ( Digital ) di Era Mendatang
BAB
II
ISI
A. PENGERTIAN
1. PENGERTIAN
PERAMALAN ( FORECASTING )
Peramalan (Bahasa Inggris =
Forecasting) adalah suatu teknik analisa perhitungan yang dilakukan dengan
pendekatan kualitatif maupun kuantitatif untuk memperkirakan kejadian dimasa
depan dengan menggunakan referensi data-data di masa lalu. Peramalan bertujuan
untuk memperkirakan prospek ekonomi dan kegiatan usaha serta pengaruh
lingkungan terhadap prospek tersebut.
Peramalan atau Forecasting merupakan bagian terpenting bagi setiap
perusahaan ataupun organisasi bisnis dalam setiap pengambilan keputusan manajemen.
Peramalan itu sendiri bisa menjadi dasar bagi perencanaan jangka pendek,
menengah maupun jangka panjang suatu perusahaan. Di dalam sebuah peramalan
(forecasting) dibutuhkan sedikit mungkin kesalahan (error) di dalamnya. Agar
dapat meminimalisir tingkat kesalahan tersebut, maka akan lebih baik jika
peramalan tersebut dilakukan dalam satuan angka atau kuantitatif.
Berikut ini beberapa pengertian atau definisi peramalan atau forecasting
dari beberapa sumber buku:
a) Menurut
Nasution dan Prasetyawan (2008:29), peramalan adalah proses untuk memperkirakan
beberapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran
kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi
permintaan barang ataupun jasa.
b)
Menurut Sumayang (2003:24), peramalan adalah
perhitungan yang objektif dan dengan menggunakan data-data masa lalu, untuk
menentukan sesuatu di masa yang akan datang.
c)
Menurut Supranto (2000), ramalan merupakan dugaan atau
perkiraan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu yang akan
datang. Ramalan bisa bersifat kualitatif, artinya tidak berbentuk angka dan
bisa bersifat kuantitatif, artinya berbentuk angka, dinyatakan dalam
bilangan.
d)
Menurut Heizer dan Render (2009:162), peramalan
(forecasting) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan.
Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data historis dan
memproyeksikannya ke masa mendatang dengan suatu bentuk model matematis. Selain
itu, bisa juga merupakan prediksi intuisi yang bersifat subjektif. Atau dapat
juga dilakukan dengan menggunakan kombinasi model matematis yang disesuaikan
dengan pertimbangan yang baik dari seorang manajer.
e)
Menurut Murahartawaty (2009:41), peramalan adalah
penggunaan data masa lalu dari sebuah variabel atau kumpulan variabel untuk
mengestimasi nilainya di masa yang akan datang. Jika kita dapat memprediksi apa
yang terjadi di masa depan maka kita dapat mengubah kebiasaan kita saat ini
menjadi lebih baik dan akan jauh lebih berbeda di masa yang akan datang. Hal ini
disebabkan kinerja di masa lalu akan terus berulang setidaknya dalam masa
mendatang yang relatif dekat
.
Tujuan dan
Fungsi Peramalan (Forecasting)
Fungsi peramalan atau forecasting terlihat pada saat pengambilan keputusan.
Keputusan yang baik adalah keputusan yang didasarkan atas pertimbangan apa yang
akan terjadi pada waktu keputusan itu dilaksanakan. Apabila kurang tepat
ramalan yang kita susun, maka masalah peramalan juga merupakan masalah yang
selalu kita hadapi (Ginting, 2007).
Menurut Heizer dan Render (2009:47), peramalan atau forecasting memiliki
tujuan sebagai berikut:
a)
Untuk mengkaji kebijakan perusahaan yang berlaku saat
ini dan dan di masa lalu serta melihat sejauh mana pengaruh di masa
datang.
b) Peramalan
diperlukan karena adanya time lag atau delay antara saat suatu kebijakan
perusahaan ditetapkan dengan saat implementasi.
c)
Peramalan merupakan dasar penyusutan bisnis pada suatu
perusahaan sehingga dapat meningkatkan efektivitas suatu rencana bisnis.
Jenis-jenis
Peramalan (Forecasting)
Berdasarkan horizon waktu, peramalan atau forecasting dapat dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu (Herjanto, 2008:78):
a) Peramalan jangka panjang, yaitu yang
mencakup waktu lebih besar dari 18 bulan. Misalnya, peramalan yang diperlukan
dalam kaitannya dengan penanaman modal, perencanaan fasilitas dan perencanaan
untuk kegiatan litbang.
b) Peramalan jangka menengah, yaitu
mencakup waktu antara 3 sampai 18 bulan. Misalnya, peramalan untuk perencanaan
penjualan, perencanaan produksi dan perencanaan tenaga kerja tidak tetap.
c) Peramalan jangka pendek, yaitu
mencakup jangka waktu kurang dari 3 bulan. Misalnya, peramalan dalam
hubungannya dengan perencanaan pembelian material, penjadwalan kerja dan
penugasan karyawan.
Berdasarkan fungsi dan perencanaan operasi di masa depan, peramalan atau
forecasting dibagi menjadi tiga jenis, yaitu (Heizer dan Render, 2009:47):
a) Peramalan ekonomi (economic forecast), peramalan
ini menjelaskan siklus bisnis dengan memprediksi tingkat inflasi, ketersediaan
uang, dana yang dibutuhkan untuk membangun perumahan dan indikator perencanaan
lainnya.
b) Peramalan teknologi (technological forecast), peramalan
ini memperhatikan tingkat kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru
yang menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan yang baru.
c) Peramalan permintaan (demand forecast), adalah
proyeksi permintaan untuk produk atau layanan perusahaan. Proyeksi permintaan
untuk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini juga disebut
peramalan penjualan yang mengendalikan produksi, kapasitas, serta sistem
penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran, dan sumber
daya manusia.
Berdasarkan jenis data ramalan yang disusun, peramalan dibagi menjadi dua
jenis, yaitu (Saputro dan Asri, 2000:148):
a)
Peramalan kualitatif, yaitu peramalan
yang didasarkan atas data kualitatif pada masa lalu. Hasil ramalan yang dibuat
sangat tergantung pada orang yang menyusunnya. Hal ini penting karena peramalan
tersebut ditentukan berdasarkan pemikiran yang bersifat intuisi, pendapat, dan
pengetahuan serta pengalaman dari penyusunnya. Biasanya peramalan secara
kualitatif ini didasarkan atas hasil penyelidikan, seperti pendapat salesman,
pendapat sales manajer pendapat para ahli dan survey konsumen.
b) Peramalan kuantitatif, yaitu peramalan yang didasarkan
atas data penjualan pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat
tergantung pada metode yang dipergunakan dalam peramalan tersebut. Penggunaan
metode yang berbeda akan diperoleh hasil yang berbeda pula.
Berdasarkan sifat penyusunannya, peramalan dibagi menjadi dua jenis, yaitu
(Ginting, 2007)
a) Peramalan subjektif, yaitu peramalan yang didasarkan
atas perasaan atau intuisi dari orang yang menyusunnya.
b) Peramalan objektif, yaitu peramalan yang didasarkan
atas data yang relevan pada masa lalu, dengan menggunakan teknik-teknik dan
metode-metode dalam penganalisaan data tersebut.
2. PENGERTIAN
BISNIS RETAIL
Pengecer atau penjualan eceran atau dikenal dengan istilah ritel adalah
kegiatan bisnis perdagangan (penjualan barang atau jasa) yang langsung disalurkan
kepada konsumen akhir untuk digunakan sebagai kebutuhan pribadi, keluarga atau
keperluan rumah tangga bukan untuk dijual kembali. Pengecer merupakan perantara
dalam sistem saluran pemasaran, dimana pengecer mendapatkan barang dari
produsen dan atau pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada konsumen
akhir.
Berikut ini beberapa pengertian pengecer, perdagangan eceren, penjualan
eceran atau ritel dari beberapa sumber buku:
a)
Menurut Hendri Ma’ruf (2005:71), ritel adalah kegiatan
usaha menjual barang atau jasa kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri,
keluarga atau rumah tangga. Sedangkan pengecer adalah pengusaha yang menjual
barang atau jasa secara eceran kepada masyarakat sebagai konsumen, ritel
perorang atau peritel kecil memiliki jumlah gerai bervariasi, mulai dari satu
gerai hingga lebih.
b)
Menurut Tjiptono (2008:191), Pedagang eceran
(retailling) merupakan semua kegiatan penjualan barang dan jasa secara langsung
kepada konsumen akhir untuk pemakaian pribadi dan rumah tangga, bukan untuk keperluan
bisnis.
c)
Menurut Kotler (2007:592), usaha eceran (retailing)
adalah semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang dan jasa secara langsung
kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi bukan untuk bisnis.
d)
Menurut Gilbert (2003:6), ritel adalah semua usaha
bisnis yang mengarahkan secara langsung kemampuan pemasarannya untuk memuaskan
konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa sebagai inti
dari distribusi.
e)
Menurut Berman dan Evan (2007:3), penjualan eceran
adalah tingkat terakhir dari proses distribusi, yang di dalamnya terdapat
aktivitas bisnis dalam penjualan barang atau jasa kepada konsumen.
Tujuan dan Fungsi Penjualan Eceran (Ritel)
Perdagangan eceran melakukan aktivitas pengemasan menjadi bagian yang lebih
kecil, menyimpan persediaan, menyediakan jasa agar pelanggan dapat memperoleh
barang dengan mudah. Tujuan penjualan eceran (ritel) antara lain adalah sebagai
berikut (Weits dkk, 2007:4):
a)
Menciptakan tersedianya pilihan akan kombinasi sesuai
dengan yang diinginkan oleh konsumen.
b) Memberikan
penawaran produk dan jasa pelayanan dalam unit yang cukup kecil sehingga
memungkinkan para konsumen memenuhi kebutuhannya.
c) Menyediakan
pertukaran nilai tambah dari produk (ready exchange of value).
d) Mengadakan
transaksi dengan para konsumen-nya.
Sedangkan menurut Sudjana (2005:117), terdapat empat tujuan perdagangan
eceran atau retail, yaitu sebagai berikut:
a) Perantara
antara distributor dengan konsumen akhir.
b) Penghimpunan
berbagai kategori jenis barang yang menjadi kebutuhan konsumen.
c) Tempat
rujukan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan konsumen.
d) Penentu
eksistensi barang dari manufaktur di pasar konsumen.
Adapun fungsi perdagangan eceran atau ritel menurut Utami (2008:8-9) adalah
sebagai berikut:
a) Menyediakan berbagai jenis produk dan jasa. Konsumen
selalu mempunyai pilihan sendiri terhadap berbagai jenis produk dan jasa. Untuk
itu, dalam fungsinya sebagai peritel, mereka berusaha menyediakan beraneka
ragam produk dan jasa yang dibutuhkan konsumen.
b) Memecah (breaking bulk). Memecah
(breaking bulk) di sini berarti memecah beberapa ukuran produk menjadi lebih
kecil, yang akhirnya menguntungkan produsen dan konsumen.
c) Penyimpan persediaan. Fungsi utama ritel adalah
mempertahankan persediaan yang sudah ada, sehingga produk akan selalu tersedia
saat konsumen menginginkannya.
d) Penyedia jasa. Dengan adanya ritel, maka konsumen
akan mendapat kemudahan dalam mengkonsumsi produk-produk yang dihasilkan
produsen.
e) Meningkatkan nilai produk dan jasa. Dengan
adanya beberapa jenis barang atau jasa, maka untuk suatu aktivitas pelanggan
dapat ditingkatkan manfaat yang diperoleh oleh pelanggan dari nilai yang
diperoleh dari produk/jasa tersebut.
Jenis-jenis
Penjualan Eceran (Ritel)
Pedangan eceran yang memiliki toko atau disebut pengecer toko (Store
Retailers), dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut (Kotler
dan Armstrong, 2003:216):
a) Toko Barang Khusus (Specialty Store). Lini
produk yang sempit dengan keragaman yang dalam. Toko pakaian adalah toko lini
tunggal; toko pakaian pria adalah toko lini terbatas; dan toko kemeja pesanan
pria adalah toko yang sangat khusus.
b) Toko Serba Ada (Departement Store). Beberapa
lini produk, biasanya pakaian, perlengkapan rumah dan barang kebutuhan keluarga
dengan masing-masing lini yang ditempatkan sebagai bagian tersendiri yang
dikelola pembeli khusus atau pedagang khusus.
c) Pasar Swalayan (Supermarket). Usaha yang
relatif besar, berbiaya rendah, bermarjin rendah, bervolume tinggi, swalayan
yang dirancang untuk melayani semua kebutuhan untuk makanan, sarana mencuci,
dan produk-produk keluarga.
d) Toko Kenyamanan (Convenience Store). Toko yang
relatif kecil dan terletak dekat daerah pemukiman, menjual lini terbatas
produk-produk kenyamanan dengan tingkat perputaran yang tinggi dan harga yang sedikit
lebih tinggi.
e) Toko Diskon (Discount Store). Barang
dagangan standar yang dijual dengan harga yang lebih murah, dengan marjin yang
lebih rendah dan volume yang lebih tinggi.
f) Pengecer Potongan Harga (Off-Price Retailer). Barang
dagangan yang dibeli di bawah harga pedagang besar biasa dan dijual di bawah
harga eceran.
g) Gerai Pabrik (Factory Outlet). Dimiliki
dan dijalankan produsen dan biasanya menjual barang-barang yang berlebihan,
tidak diproduksi lagi, atau tidak biasa.
h) Pengecer potongan harga independen (Independent
off-price retailer). Dimiliki dan dijalankan pengusaha atau divisi
perusahaan eceran yang lebih besar.
i) Klub gudang atau klub pedagang besar (warehouse
clubs atau wholesale clubs). Menjual pilihan terbatas jenis produk kebutuhan
pokok, perlengkapan rumah tangga, pakaian bermerek dan berbagai jenis barang
lain dengan diskon yang sangat besar bagi anggota-anggota yang membayar iuran
keanggotaan tahunan.
j) Toko Besar (Superstore). Ruang
penjualan sekitar 35.000 kaki persegi yang ditujukan untuk memenuhi seluruh
kebutuhan konsumen untuk jenis produk makanan dan non-makanan yang dibeli
rutin.
k) Toko Kombinasi (Combination stores). Toko
gabungan makanan dan obat yang memiliki ruang penjualan rata-rata 55.000 kaki
persegi.
l) Hiperpasar (Hypermarkets). Berkisar
antara 80.000 hingga 220.000 kaki persegi dan menggabungkan pasar swalayan,
toko diskon, dan eceran gudang.
m)Ruang Pameran Katalog. Pilihan yang sangat banyak
barang-barang berharga tinggi, mengalami perputaran cepat, dan bermerek dengan
harga diskon.
Pedagang eceran yang tidak memiliki toko atau disebut pengecer tanpa toko (Non-Store Retailers), dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut (Kotler dan Armstrong, 2003:538):
a) Penjualan langsung (Direct Selling). Penjualan langsung
disini tidak termasuk penjualan dari bisnis ke bisnis. Kegiatan ini dimulai
dari pedagang keliling dan terus berkembang menjadi industry yang besar.
Penjualan ini dilakukan oleh para wira-niaga langsung kepada pemakai akhir.
b) Penjual satu-satu (One to One Selling). Penjualan
dilakukan oleh wira-niaga dengan cara mengunjungi tempat tinggal konsumen satu
per satu serta berusaha mendapatkan pesanan pembelian.
c) Penjual satu ke banyak (One to Party Selling). Seorang
wira-niaga akan datang ke rumah seorang konsumen dan mengundang teman atau
tetangganya untuk melihat demonstrasi produk.
d) Pemasaran Jaringan (Network Marketing-MLM). Perusahaan
memilih para usahawan untuk berperan sebagai distributor. Distributor lalu akan
memilih beberapa anggota baru sebagai agen. Para agen kemudian akan memilih
beberapa orang lain lagi untuk menjual produk perusahaan kepada para pembeli
yang potensial.
e) Pemasaran Langsung (Direct Marketing). Pemasaran
langsung dimulai dari katalog dan surat pos, bahkan sekarang telah berkembang
berbagai cara baru yang modern, seperti pemasaran melalui telepon
(Telemarketing), pemasaran melalui TV (Home Shopping), maupun informasi
berbelanja melalui elektronik (infomercial).
f) Mesin Penjual Otomatis (Automatic Vending). Mesin
penjual otomatis ini memiliki beberapa keunggulan, seperti penjualan 24 jam
sehari, serta mudah ditemukan di banyak tempat yang strategis.
g) Jasa Pembelian (Buying Service). Suatu
pengecer tanpa toko yang melayani konsumen khusus, seperti sekolahan, rumah
sakit, ataupun lembaga pemerintahan. Anggota organisasi tersebut dapat menjadi
anggota jasa pembelian dan mereka boleh membeli berbagai produk dengan harga
diskon.
3. PENGERTIAN
BISNIS ONLINE ( DIGITAL )
“Segala bentuk
kegiatan/usaha yang kita lakukan melalui sebuah akses internet untuk
menghasilkan uang” inilah yang dinamakan pengertian bisnis
online.
Aktivitas dari bisnis online sendiri
meliputi kegiatan jual beli barang/jasa yang dilakukan secara online. Jadi,
dalam kegiatan bisnis online kalian bisa menjual apa saja, termasuk
keahlian/keterampilan pun bisa kalian jual.“Lalu
siapa saja yang bisa menjalankan bisnis ini?”. Semua orang pasti bisa
menjalankan bisnis ini.
Manfaat Dari Bisnis Online.
Ada beberapa manfaat yang didapatkan ketika
menjalankan bisnis ini.
a)
Tidak memerlukan modal yang besar.
Tidak perlu membayar uang bulanan untuk mendaftar
sebagai member baru. Dan tidak perlu melakukan investasi dalam nominal sekian
untuk menjalankan bisnis ini. Lantas, apa saja yang diperlukan untuk memulai
binis ini? Yang diperlukan hanyalah sebuah laptop/handphone dan koneksi
internet saja. Jadi peralatan inilah yang menjadi aset untuk
menjalankan bisnis online.
b)
Dapat menjadi
salah satu usaha sampingan yang cocok dilakukan bagi siapa pun.
Mudahnya untuk mengakses internet
yang dapat dilakukan selama 24 jam. Sehingga bisnis online ini cocok untuk
dilakukan bagi para pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga maupun seorang
karyawan tanpa mengganggu jam belajar/kerja mereka.
c)
Tidak memerlukan biaya sewa karyawan dan tempat
Dalam kegiatan bisnis online yang
bertindak sebagai owner, marketer,
sekaligus menjadi publisher adalah
diri sendiri. Sedangkan untuk media/tempat yang nanti akan dipakai sendiri
untuk menjalankan bisnis online, bisa memanfaatkan dengan adanya sebuah blog/Youtube
yang bisa Anda gunakan secara cuma – cuma ( Gratis ).
Tentu berbeda ketika menjalankan bisnis offline di dunia nyata, yang dimana
memerlukan sebuah kantor ataupun kios serta membutuhkan karyawan untuk
menjalankan kegiatan bisnis tersebut.
d)
Produk yang dijual banyak macamnya
Jadi,
didalam dunia bisnis online, banyak jenis produk yang bisa dijual. Mulai dari
produk fisik, produk digital bahkan hingga jasa pun bisa dijual. Contohnya
seperti: pakaian, elektronik,jasa penjualan tiket, jasa penjualan pulsa token
listrik, penjualan ebook, jasa design dan masih banyak lagi. Jadi, tidak perlu
bingung untuk memilih produk apa yang nantinya akan dijual.
4. PERAMALAN
/ FORECASTING BISNIS RETAIL DAN BISNIS ONLINE ( DIGITAL ) DI ERA MENDATANG
Di era sekarang bisnis retail dan
bisnis online semakin meningkat. Banyak orang-orang yang menanamkan modalnya
untuk bisnis ini. Bayangkan, apa yang terjadi di era yang akan datang? Apakah
semakin meningkat drastis? Atau mulai menurun? Menurut saya, bisnis ini akan
berangsur-angsur meningkat dikarenakan banyak kreativitas/ide yang bermunculan
dari orang-orang yang berbakat dalam mengendalikan situasi di era sekarang.
Begitu pula dengan bisnis online, selain mudah dan aman dikarenakan ada
E-COMMERCE bisnis online juga menjadi ajang untuk promosi barang yang
diproduksi sendiri atau layanan jasa seperti gambar, tiketing dsb. Jadi kita
tidak perlu bersusah payah mencari barang yang kita perlukan di luar yang belum
tentu barang yang dicari itu ada.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Peramalan / forecasting adalah suatu teknik analisa perhitungan yang dilakukan dengan pendekatan
kualitatif maupun kuantitatif untuk memperkirakan kejadian dimasa depan dengan
menggunakan referensi data-data di masa lalu. Jika ingin berbisnis retail atau
online, kita harus belajar juga tentang peramalan / forecasting untuk
pembekalan kita saat membuka usaha.
BAB IV
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar